Sate Padang adalah sebutan untuk sate asal Sumatera Barat atau yang lebih dikenal dengan sebutan Ranah Minang, Sate Padang di tanah asalnya memiliki empat varian yaitu Sate Padang Kota, Sate Padang Pariaman, Sate Padang Panjang dan Sate Dangung-Dangung-Payakumbuh.
Semua Sate Padang memakai bahan daging sapi, lidah, atau jerohan (jantung, usus, dan tetelan) dengan bumbu kuah kacang kental (mirip bubur) ditambah cabai yang banyak sehingga rasanya pedas.
Awal sejarah Sate Padang bermula dari Pariaman, sebuah kota di pesisir Sumatera. Kedatangan para saudagar Islam dari Gujarat bukan hanya membuat kota ini berkembang pesat, tapi juga membuka jalur bagi perkembangan agama Islam di kota-kota pesisir Sumatera lain.
Santernya berita dan kuatnya rasa ingin tahu membuat banyak penganut Islam mengaji ke Pariaman, antara lain Ibrahim Musa Parabek dari desa Parabek, Nagari Banuhampu. Desa yang kini termasuk dalam kota kecamatan Padang Luar ini hanya berjarak beberapa kilometer dari Bukittinggi.
Syech Ibrahim Musa Parabek ini kelak dikenal sebagai pendiri Madrasah Sumatera Tawalib, sebuah sekolah mengaji yang maju. Lulusan sekolah ini diantaranya adalah ulama Buya HAMKA dan negarawan Adam Malik.
Kebiasaan pergi mengaji ke tempat yang jauh seperti yang dilakukan Syech Ibrahim Musa Parabek ini sebenarnya adalah tradisi lama. Dalam tradisi setengah hijrah ini (karena lamanya waktu belajar mengaji), ikut terbawa pula budaya kuliner dari tempat asal.
Konon kala itu Sate Padang sudah ada di Padang Panjang, dibuat dari daging kerbau yang direbus terlebih dahulu dengan rempah-rempah. Sate ini ikut hijrah ke Pariaman, terbawa oleh pemuda-pemuda Padang Panjang yang belajar mengaji di sana. Sesuai dengan karakteristik pesisir Pariaman, sate dari Padang Panjang ini lalu mendapat sentuhan lebih banyak cabai yang dileburkan dalam bumbunya. Jadilah kuah Sate Pariaman yang kental merah, gagah berani menantang kekuatan lidah untuk menahan sengatan pedas nan gurih.
Meskipun sekilas nampak sama, sebenarnya, terdapat sedikit perbedaan antara sate dari Padang Pariaman dan Padang Panjang. Sate Padang Pariaman memiliki warna kuah yang cenderung merah karena dominannya unsur cabai di dalam bumbunya. Sate Padang Panjang memiliki warna lebih kekuningan dari kunyit yang dominan dalam racikan bumbunya. Sedangkan, Sate Padang Kota merupakan peralihan antara kedua daerah tersebut, warna kuahnya cenderung lebih kecokelatan.
![]() |
Sate Padang Pariaman |
![]() |
Sate Padang Panjang |
![]() |
Sate Padang Kota |
![]() |
Sate Dangung-Dangung |
Kemudian satu lagi varian sate Padang yang belum begitu banyak dikenal yaitu Sate Dangung-Dangung. Dangung-Dangung adalah nama ibukota Kecamatan Guguk, Kabupaten 50 kota - Sumatera Barat.
Perbedaan Sate Dangung-Dangung dengan tiga varian sate diatas adalah pada kuahnya yang memiliki tekstur kuning pucat dari kunyit asli dan memakai santan, berbeda dengan sate Padang lainnya.
Nah, itulah macam-macam jenis Sate Padang. Jika Anda sekali-kali pergi menikmati hidangan Sate padang, Anda tidak akan gagap lagi karena sudah tahu jenis sate apa yang ada di hadapan Anda. :)
Yang pasti Sate Padang adalah menu yang cukup dapat merepresentasikan karakteristik umum hidangan tradisional Minangkabau. Aroma rempah yang kuat pada kuah Sate Padang mencerminkan kelihaian orang Minang dalam mengolah bumbu.
Meskipun pedas, cita rasa khas dari Sate Padang pun terbukti mampu menembus batas geografis, sehingga disukai pula oleh masyarakat di daerah lain. Tak salah jika kemudian Sate Padang dan kuliner khas Minangkabau lainnya dianggap sebagai salah satu penghuni kasta tertinggi dalam khasanah gastronomi Nusantara. (int/tvsx)
Maaf, hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link judi online atau iklan ilegal akan kami blokir/hapus.