Masa Depan Bumi

masa depan bumi
Masa depan Bumi dapat diprediksi berdasarkan perkiraan seberapa besar pengaruh dari banyak faktor.

Ini termasuk komposisi kimia di permukaan bumi, laju pendinginan interior planet, interaksi gravitasi dengan obyek lain di Tata Surya, dan peningkatan yang stabil dari luminositas Matahari.

Salah satu faktor yang tidak pasti dalam prediksi ini adalah pengaruh berkelanjutan atas teknologi yang diperkenalkan oleh manusia, seperti geo engineering, yang bisa membawa perubahan yang signifikan bagi planet ini.

Krisis lingkungan akibat penggunaan teknologi dan efeknya dapat berlangsung hingga lima juta tahun. Pada gilirannya teknologi dapat mengakibatkan kepunahan umat manusia, meninggalkan planet ini untuk secara bertahap kembali ke kecepatan evolusi lambat akibat dari proses alam jangka panjang.

Selama interval waktu ratusan juta tahun, beberapa peristiwa langit menimbulkan risiko global terhadap biosfer yang mengakibatkan kepunahan massal. Ini termasuk dampak oleh tumbukan komet atau asteroid dengan diameter 5-10 km (3,1-6,2 mil) atau lebih dan kemungkinan ledakan bintang masif (supernova) dalam radius 100 tahun cahaya dari Matahari yang disebut NES (Near Earth Supernova).

Jika efek jangka panjang dari pemanasan global diabaikan, teori Milankovitch memprediksi bahwa planet ini akan terus menjalani periode glasial atau proses pendinginan Bumi setidaknya sampai glaciation kuartener berakhir. Periode ini disebabkan oleh eksentrisitas, kemiringan sumbu, dan presesi orbit Bumi.

Sebagai bagian dari berlangsungnya siklus superbenua dimana gerakan lempeng tektonik kulit Bumi akan menghasilkan sebuah superbenua di 250-350 juta tahun yang akan datang. Dalam beberapa waktu antara 1,5 s/d 450 juta tahun ke depan, perubahan derajat kemiringan sumbu Bumi juga akan menimbulkan kekacauan.

Dengan perubahan kemiringan sumbu hingga 90° akan membuat Bumi seperti menggelinding di sepanjang evolusinya mengelilingi Matahari (mirip dengan keadaan planet Neptunus sekarang) yang mengakibatkan Bumi akan mengalami musim panas ekstrim selama enam bulan dan musim dingin ekstrim selama enam bulan.

Selama empat miliar tahun ke depan luminositas Matahari akan terus meningkat sehingga saat kenaikan radiasi matahari mencapai bumi, akan menyebabkan tingkat yang lebih tinggi pada pelapukan mineral silikat yang akan menyebabkan penurunan tingkat karbon dioksida di atmosfer.

Pada sekitar 600 juta tahun yang akan datang, tingkat CO2 akan jatuh di bawah tingkat yang dibutuhkan untuk mempertahankan C3 pada fiksasi fotosintesa karbon yang umumnya digunakan oleh tumbuh-tumbuhan. Sejumlah tumbuhan menggunakan metode fiksasi karbon C4, yang memungkinkan mereka untuk bertahan pada rendahnya konsentrat CO2 di udara.

Namun kemampuan bertahan hidup tumbuhan di rendahnya konsentrasi CO2 itu hanyalah bersifat sementara. Jika keadaan terus memburuk yang ditandai dengan terus merosotnya konsentrasi CO2 di atmosfer, kehidupan tumbuhan dipastikan akan punah. Kepunahan tumbuhan akan menjadi kematian semua kehidupan binatang karena tumbuhan adalah dasar dari rantai makanan di Bumi. Efek selanjutnya adalah kepunahan manusia yang berada di puncak rantai makanan.

Dalam waktu sekitar 1,1 miliar tahun yang akan datang luminositas Matahari akan 10% lebih tinggi dari saat ini. Hal ini akan menyebabkan Bumi mengalami efek rumah kaca dahsyat dan mengakibatkan penguapan lautan. Sebagai konsekuensi lanjutan, pergerakan lempeng tektonik Bumi akan berhenti. Magnetisme planet akan berakhir dan menyebabkan magnetosfer yang selama ini melindungi Bumi runtuh dan menyebabkan Bumi rentan terpapar radiasi parikel Matahari.

Empat miliar tahun dari sekarang peningkatan suhu permukaan Bumi akan menyebabkan efek rumah kaca maha dahsyat. Tetapi pada saat keadaan tersebut terjadi,kemungkinan hampir semua kehidupan di permukaan Bumi sudah punah. Nasib yang sudah pasti dialami planet ini adalah ditelan oleh Matahari dalam waktu sekitar 7,5 miliar tahun yang akan datang setelah ia memasuki tahap raksasa merah dan mengembang menyeberangi orbit planet-planet saat ini.

Sebuah perhitungan baru memprediksi bahwa Bumi akan ditelan oleh Matahari dalam waktu 7,6 miliar tahun lagi. Perdebatan yang terjadi adalah mengenai apakah tarikan gravitasi Matahari akan cukup lemah sehingga memberi kesempatan dan waktu bagi Bumi untuk melarikan diri kehancuran atau tidak?.

matahari menelan bumi
when sun swallow up earth

"Meskipun orang telah melihat masalah ini sebelumnya, kami mengklaim ini adalah upaya terbaik yang telah dibuat sampai saat ini dan mungkin yang paling terpercaya," kata astronom Robert Smith, peneliti di U.K's University of Sussex, yang membuat perhitungan baru dengan astronom Klaus Peter Schroeder dari University of Guanajuato di Meksiko.

"Apa yang kami lakukan adalah untuk memperbaiki model yang sudah ada dan untuk menempatkan perhitungan terbaik yang kita bisa buat pada setiap titik dalam model," tambahnya.

7,6 miliar tahun mungkin tidak terdengar seperti sebuah hukuman mati yang dijatuhkan dalam waktu dekat, tetapi manusia tidak boleh bersikap santai. Terlepas dari apakah Bumi pada akhirnya akan menguap saat Matahari mengembang, planet kita suatu saat akan menjadi terlalu panas untuk berlangsungnya kehidupan sebelum itu terjadi.

"Setelah satu miliar tahun, Bumi yang anda lihat adalah Bumi yang tanpa atmosfer, tanpa air, dengan suhu permukaan ratusan derajat celcius, jauh di atas titik didih air," kata Smith kepada SPACE.com. "Bumi akan menjadi kering. Benar-benar kering. Setelahnya benar-benar mustahil bagi kehidupan apapun yang ada untuk bertahan hidup. Ini adalah perkiraan masa depan yang cukup suram, namun kepastiannya nyaris 100 persen!." lanjutnya.

Meskipun demikian, para ilmuwan tetap merasa penasaran dengan nasib akhir planet kita setelah kita pergi (seperti semua hominid sebelumnya, seperti lebih dari 99 persen spesies yang pernah hidup di Bumi, manusia mungkin akan punah dan kemungkinannya akan terjadi lebih cepat dari satu miliar tahun).

Studi Smith sebelumnya menemukan bahwa Bumi masih memiliki kemungkinan kecil dapat melarikan diri dari Matahari yang membesar. Saat Matahari berkembang menjadi bintang raksasa merah, Matahari akan melepaskan lapisan gas terluarnya sehingga kehilangan massa dan melemahkan tarikan gravitasinya.

Perhitungan sebelumnya menemukan bahwa ini akan memungkinkan orbit Bumi bergeser ke kanan, memberi kesempatan bagi Bumi untuk menyelinap bebas dan melarikan diri dari Matahari yang membara.

Tapi skenario ini tidak memperhitungkan gaya pasang surut dan hambatan dari lapisan luar Matahari. Tarikan gravitasi yang lebih kecil akan menyebabkan sisi Matahari yang paling dekat dengan planet kita menimbun lebih banyak massa dan membentuk tonjolan keluar ke arah Bumi.

"Sama seperti gaya tarik pasang-surut Bumi dan Bulan, tonjolan Matahari itu akan menarik Bumi dan menyebabkan Bumi memperlambat orbitnya kemudian berpusing dalam bentuk spiral dan akhirnya terjun dalam Matahari. Selain itu, gas yang terpancar dari Matahari juga akan menyeret Bumi menuju kehancurannya".

Perhitungan Smith sebelumnya telah mengabaikan efek ini.

Mungkin masih ada harapan untuk Bumi. Beberapa ilmuwan telah mengusulkan skema untuk menggunakan gravitasi dari asteroid yang melintas untuk mengarahkan Bumi keluar dari jangkauan panas berlebihan Matahari menuju wilayah yang lebih dingin.

"Kedengarannya seperti fiksi ilmiah, tapi ada sekelompok orang yang cukup serius menyarankan bahwa kemungkinan itu ada," kata Smith. "Jika itu dilakukan dengan benar, itu hanya akan menjaga Bumi bergerak cukup cepat untuk tetap keluar dari bahaya. Mungkin untuk bisa terus hidup selama 7 miliar tahun berikutnya sampai Matahari benar-benar menemui ajalnya menjadi sebuah bintang katai." (astronomi.us/tvsx )

Maaf, hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link judi online atau iklan ilegal akan kami blokir/hapus.

Posting Komentar

0Komentar