Top 40 Unsolved Murders Sepanjang Masa (4)

ilustrasi pembunuhan
Salah satu konsep kehidupan yang paling membingungkan bagi umat manusia adalah pembunuhan.

Dan bagi mereka yang percaya pada cerita Cain dan Able, itu adalah sebuah konsep yang telah lama memainkan peran dalam sejarah manusia.

Banyak kasus pembunuhan belum terpecahkan bukan hanya selama beberapa dekade, tetapi berabad-abad dan bagi banyak orang, fakta ini menimbulkan kebingungan seperti kasus pembunuhan itu sendiri.

Pada artikel ini kita akan membahas daftar 40 kasus pembunuhan paling terkenal dalam sejarah yang bahkan belum terpecahkan hingga kini yang membuat frustrasi penyidik paling jenius sekalipun. Beberapa diataranya begitu brutal sehingga mengusik naluri kemanusiaan dan membuat kita bertanya-tanya jenis makhluk seperti apakah yang sanggup melakukannya?.

Admin note : Demi kepentingan etika dan estetika, kami hanya menampilkan foto profil korban atau gambar ilustrasi. Karena pada beberapa kasus yang diuraikan dibawah, foto-foto asli TKP nya sangatlah mengerikan. Bagi Anda yang penasaran dan ingin mengetahui lebih detail foto-foto tersebut, silahkan minta sendiri sama mbah Google


1. Amber Hagerman

 Amber Hagerman murder case
Amber Hagerman

Amber Rene Hagerman baru berusia sembilan tahun ketika ia diculik dan dibunuh. Amber dan kakaknya Ricky sedang bermain-main dengan sepeda dekat rumah kakek-nenek mereka di Arlington, Texas pada 13 Januari 1996, ketika ia diculik.

Semula Amber dan kakaknya hanya berputar-putar di sekitar blok perumahan ketika kemudian mereka memutuskan untuk pergi sedikit lebih jauh ke lapangan parkir satu toko kelontong yang telantar, tempat dimana anak-anak lainnya juga sering bermain disana.

Setelah beberapa saat, saudara Amber menjadi khawatir bahwa mereka telah bermain lebih jauh dan lebih lama dari yang seharusnya. Ibu mereka telah memperingatkn tentang hal itu, sehingga ia mengatakan kepada Amber bahwa ia akan kembali ke rumah.

Ricky kembali ke rumah dan Amber tinggal bermain. Ketika Ricky sampai di rumah keluarganya bertanya tentang Amber dan ketika dia mengatakan bahwa dia telah meninggalkan, Amber untuk bermain sedikit lebih lama, keluarganya menyuruhnya kembali untuk menjemput. Ricky kembali ke lapangan parkir, namun ia tidak menemukan adiknya. Sekembalinya ke rumah lagi, Jimmie Whitson, kakek Amber segera membawa truknya dan bersama Ricky pergi untuk mencari Amber.

Di tempat parkir Jimmie menemukan sebuah mobil polisi berhenti di sana, dimana petugas mengatakan kepadanya bahwa seorang pria telah mendengar satu teriakan dan melihat seorang pria lainnya membawa seorang gadis muda ke truk pickup-nya. Pria itu segera menelepon 911. Tapi ketika petugas Polisi tiba di lokasi, yang mereka temukan hanyalah sepeda Amber yang tergeletak.

Keluarga Amber kemudian muncul di televisi memohon kepada si penculik untuk mengembalikan Amber dengan selamat. Polisi percaya bahwa itu adalah penculikan oleh orang asing yang terjadi karena adanya kesempatan. Tidak ada saksi yang ditemukan selain pria yang menelepon 911 pada saat kejadian. Itupun dia tidak dapat memberikan deskripsi si penculik dengan jelas karena jarak pandang yang terlalu jauh.

Sayangnya, empat hari setelah penculikannya, tubuh Amber itu ditemukan telanjang di tepi sungai dekat kompleks perumahan dalam kondisi tenggorokan terpotong. Setelah menemukan tubuh Amber, polisi merilis profil sang pembunuh. Namun, hal itu tidak membantu untuk menangkapnya.

Sementara sang pembunuh hingga kini belum tertangkap, kasus penculikan dan pembunuhan Amber Hagerman menyebabkan Kepolisian AS mengembangkan sebuah sistem peringatan dini untuk kasus penculikan/anak hilang yang dinamakan Amber Alert (America's Missing: Broadcast Emergency Response Alert).

2. Andrew dan Abby Borden

andrew & abby borden murder case
Andrew & Abby Borden

Andrew dan Abby Borden adalah nama-nama dalam kasus pembunuhan terkenal yang diduga dilakukan oleh anak perempuan mereka, Lizzie Borden. Pada tanggal 4 Agustus 1892, mereka berdua ditemukan dibunuh secara brutal di rumah mereka.

Pagi itu Andrew Borden meninggalkan rumah untuk pergi bekerja, meninggalkan istrinya, putri mereka Lizzie dan pembantu Irlandia mereka, Bridget Sullivan di rumah. Setelah pulang dari kerja pada pagi yang sama, ia berbaring di sofa untuk tidur siang dan tidak pernah terbangun lagi.

Menurut Lizzie, ketika dia datang ke ruang tamu, Ia menemukan ayahnya telah meninggal di sofa akibat trauma benda tumpul parah di kepala. Di lantai atas, Lizzie juga menemukan ibu tirinya juga telah meninggal dalam keadaan yang lebih mengerikan dibanding ayahnya. Pemeriksaan oleh petugas koroner kemudian menemukan bahwa Abby Borden telah terbunuh hampir satu jam lebih dahulu sebelum suaminya.

Kecurigaan atas pelaku pembunuhan itu jatuh ke Lizzie, putri kedua Andrew Borden, setelah ditemukan fakta bahwa pada sehari sebelumnya, tanggal 3 Agustus ia mencoba untuk membeli sebungkus racun. Kecurigaan tambahan jatuh ketika ditemukan fakta bahwa Lizzie telah membakar sehelai gaun di kompor di rumah.

Lizzie bukan satu-satunya tersangka dalam pembunuhan tersebut. Bridget Sullivan dan Paman Lizzie, John Morse juga dicurigai. Lizzie Borden akhirnya ditangkap dan diajukan ke pengadilan dengan tuduhan pembunuhan ganda. Tapi bulan Juni 1893 dia dibebaskan oleh dewan juri karena lemahnya bukti-bukti pendukung serta kesaksian yang saling bertentangan.

Meskipun dibebaskan dari tuduhan pembunuhan, Lizzie terus diperlakukan sebagai orang buangan selama sisa hidupnya di Fall River, Massachusetts di mana dia tinggal sampai kematiannya pada tahun 1927.

Kasus ini kemudian diabadikan dalam sebuah lagu berima (lagu dengan lirik berupa sajak pendek yang diulang-ulang) untuk mengiringi permainan lompat tali:


Lizzie Borden took an axe

And gave her mother forty whacks

When she saw what she had done

She gave her father forty-one


3. The Axeman of New Orleans

the axeman of new orleans
The Axeman of New Orleans

Axeman dari New Orleans adalah pembunuh berantai terkenal yang beroperasi di New Orleans, Louisiana dari Mei 1918 sampai Oktober 1919. Semua korban axeman tewas akibat tebasan kapak yang, dalam beberapa kasus, juga digunakan untuk memecah pintu rumah.

Sementara ada beberapa ide tentang siapa sesungguhnya axeman, tidak ada bukti yang cukup kuat untuk menghukum siapa pun untuk kejahatan keji tersebut. Tidak seperti banyak pembunuh berantai lainnya, axeman muncul untuk menyerang secara acak dan meninggalkannya begitu saja tanpa memastikan dahulu korbannya sudah tewas atau belum, Oleh karena itu tidak semua korbannya tewas di tempat. Korban-korban serangan acak axeman beraneka ragam diantaranya seorang wanita hamil dan bayi yang tewas dalam pelukan ibunya.

Axeman terus mengejek kota dengan kejahatannya dan bahkan menulis surat kepada surat kabar lokal dimana ia mengaku setan dari neraka. Axeman tampaknya menikmati kekuasaan yang dipegangnya atas orang lain lebih dari apa pun. Dalam satu insiden terkenal, ia menulis surat kepada surat kabar lokal yang menyatakan bahwa ia akan menyerang lima belas menit setelah tengah malam pada 19 Maret 1919. Ada dua belas orang telah diidentifikasi sebagai korban serangan axeman.

Ada banyak spekulasi mengenai siapa axeman. Salah satu spekulasi tersebut mengindikasikan kemungkinan mafia terlibat dalam pembunuhan berantai itu. Namun, metode serangan acak termasuk pembunuhan bayi mementahkan spekulasi karena tidak sesuai dengan karakteristik pembunuhan yang biasa dilakukan oleh mafia.

Ada juga rumor bahwa seorang pria bernama Joseph Momfre bertanggung jawab atas kejahatan itu dan akhirnya dibunuh oleh janda salah satu korbannya; Namun, tidak ada bukti yang memperkuat dugaan itu. Akhirnya, siapa sebenarnya Axeman dari News Orleans tetap menjadi misteri hingga kini.

4. Betsy Aardsma

betty aardsma
Betty Aardsma

Betsy Aardsma adalah mahasiswi berusia 22 tahun dari Michigan yang tengah mengikuti perkuliahan bahasa Inggris di State College Pennsylvania State University, Pennsylvania.

Pada tanggal 28 November 1969, Ia ditikam tepat pada jantungnya di ruang perpustakaan College. Semenit setelah ditikam, Betsy jatuh ke lantai dan dua laki-laki berteriak kepada petugas meja di perpustakaan bahwa seseorang lebih baik segera melakukan tindakan pertolongan pertama kepadanya.

Pertolongan pertama segera diberikan kepada Betsy termasuk batuan pernafasan dari mulut ke mulut. Kemudian Betsy dilarikan ke Pusat Kesehatan Ritenour (di kampus rumah sakit) di mana ia dinyatakan meninggal. Pada saat kejadian, Betsy mengenakan gaun merah dan tidak ada yang benar-benar tahu seberapa serius lukanya.

Luka tikaman pisau tunggal itu telah menusuk jantungnya - sebuah fakta yang tidak diketahui orang-orang di perpustakaan sampai dia diperiksa di rumah sakit. Mereka yang melakukan CPR terhadap Betsy menganggap kejang-kejang yang dialaminya (saat sekarat) hanyalah kejang-kejang biasa karena bukti penusukan itu tidak terlalu terlihat.

Kasus ini menjadi misteri karena kedua orang laki-laki yang pertama kali berteriak memberi tahu kemudian menghilang tanpa jejak. Mereka tidak pernah diidentifikasi atau ditemukan. Kasus pembunuhan Betsy Aardsma tidak terpecahkan selama 47 tahun terakhir. Kepolisian Pennsylvania State hingga kini masih terus menyelidiki dan mencari informasi untuk mengungkap siapa pelaku pembunuhan ini.

5. The Black Dahlia

the black dahlia murder case
Elizabeth Short

The Black Dahlia adalah nama julukan yang digunakan untuk merujuk kepada kasus pembunuhan Elizabeth Short (1924-1947). Tubuh Short ditemukan di taman Leimert, Los Angeles pada tanggal 15 Januari 1947. Kasus Black Dahlia telah dipublikasikan dalam banyak buku dan diangkat ke layar lebar.

Poin yang paling signifikan pada kasus ini adalah sifat mengerikan dari kejahatan tersebut. Tubuh Short ditemukan termutilasi dalam dua potongan tepat di pinggang, Tubuhnya dalam keadaan telanjang dan sudut-sudut mulutnya telah disayat hingga ke telinga.

Tubuh telanjang Short tampaknya telah diatur untuk berpose dengan tangan di atas kepala dan siku ditekuk keatas. Penyebab kematiannya dinyatakan akibat kehilangan banyak darah dari luka sayat pada wajah yang dikombinasikan dengan kejutan yang dihasilkan dari gegar otak yang ia terima sebelum kematiannya.

Ada beberapa tersangka dalam kasus Black Dahlia. Namun, tidak ada yang dihukum karena kejahatannya dan seiring dengan berjalannya waktu maka semakin kecil kemungkinannya pelaku sesungguhnya kejahatan mengerikan ini akan dapat diketahui atau ditangkap.

Pembunuh Short diduga telah menghubungi koran lokal pada berbagai kesempatan ketika ia merasa bahwa cakupan pembunuhan itu menuju ke tersangka yang salah dan sesekali bahkan mengirimkan amplop berisi barang pribadi Short untuk membuktikan keterlibatannya dalam kasus tersebut.

Amplop itu juga berisi buku alamat kecil dengan nama "Mark Hansen" pada covernya. Mark Hansen adalah orang terakhir yang diketahui melihat Elizabeth Short dalam keadaan hidup. Karena faktor sensasi semata, selama bertahun-tahun banyak orang datang dan mengaku sebagai pembunuh Elizabeth Short, namun tidak ada yang mampu membuktikan klaimnya itu.

6. Bob Crane

bob crane murder case
Bob Crane

Bob Crane adalah aktor yang selain terkenal karena perannya sebagai Kolonel Robert E.Hogan dalam sitkom Hogan Heroes (CBS, sept 1965 - april 1971, 168 episode), tapi dia juga terkenal karena keadaan misterius seputar kematiannya.

Pada bulan Juni 1978 Crane menetap sementara di Winfield Place Apartments, Scottsdale, Arizona. Selama waktu itu ia bermain di Windmill Dinner Theater dalam sebuah pertunjukan berjudul "Beginner’s Luck".

Pada tanggal 29 Juni co-star nya, Victoria Ann Berry menemukan tubuh Crane telah terbujur kaku di kamarnya. Berry seharusnya bertemu Crane untuk makan siang tapi ketika Crane tidak muncul juga, dia pun pergi ke apartemen Crane untuk mencarinya.Ketika ditemukan, Bob Crane dalam kondisi leher terlilit kabel listrik dan tampaknya telah dipukuli sampai mati. Penyidik ​​tidak pernah menemukan senjata yang telah digunakan untuk memukul dia, tetapi mereka menduga bahwa itu adalah tripod kamera.

Kecurigaan polisi jatuh kepada seorang teman Crane bernama John Henry Carpenter. Namun karena metode penyelidikan dengan tes DNA saat itu belum ditemukan, bukti kuat untuk menetapkan Carpenter sebagai tersangka sulit dihadirkan, sehingga tidak ada tuduhan apapun yang dapat diajukan terhadapnya.

Meskipun menurut laporan saksi-saksi, Carpenter disebut beberapa kali mengunjungi Crane di apartemennya. Kecurigaan polisi semakin kuat karena ketika ia tiba di aparteman Crane pasca pembunuhan, Carpenter sama sekali tidak nampak terkejut melihat kehadiran polisi.

Polisi lalu menyita mobil Carpenter. Di dalam mobil itu polisi menemukan sampel darah yang cocok dengan golongan darah Bob Crane tapi tanpa tes DNA, pada saat itu tidak mungkin untuk menentukan apakah itu darah Crane atau bukan.

Pada tahun 1990 Maricopa County membuka kembali kasus pembunuhan Bob Crane dan menguji ulang sampel darah yang diambil dari mobil Carpenter. Pengujian DNA tidak memberikan hasil yang meyakinkan, tapi detektif pada kasus ini menemukan apa yang dia yakini sebagai residu jaringan otak.

Detektif kasus tersebut berharap bahwa ini akan menjadi cukup bukti untuk mendakwa Carpenter untuk kasus pembunuhan Crane dan pada bulan Juni 1992 Carpenter ditangkap dan didakwa dengan tuduhan pembunuhan berencana.

Namun dalam persidangan, Hakim memutuskan bahwa meskipun bukti residu jaringan otak berhasil ditemukan, itu belum cukup untuk memvonis Carpenter sebagai pelaku pembunuhan. Carpenter akhirnya dinyatakan tidak bersalah.

Dengan dibebaskannya satu-satunya tersangka yang paling mungkin diduga sebagai pelaku. kasus pembunuhan Bob Crane tetap menjadi misteri hingga sekarang.

7. The Boy in the Box

the boy in the box
The Boy in The Box

The Boy in the Box adalah nama yang digunakan untuk merujuk pada seoarng anak laki-laki yang menjadi korban pembunuhan yang ditemukan dalam sebuah kotak kardus di Fox Chase Section Philadelphia, Pennsylvania, tanggal 25 Februari 1957. Anak itu diperkirakan berumur sekitar 4 sampai 6 tahun.

Tubuh anak itu terbungkus selimut kotak-kotak dan ditempatkan di dalam kotak kardus dan dibiarkan terbengkalai. Semula anak laki-laki itu telah ditemukan oleh penjebak musang yang sedang memeriksa perangkapnya, namun ia tidak segera melaporkannya. Sehari kemudian seorang mahasiswa yang sedang berburu kelinci juga menemukan kotak itu, dialah yang melaporkan penemuan tersebut kepada polisi.

Sementara banyak perhatian diberikan atas kasus ini setelah dilaporkan dan pencarian tentang identitas korban telah diposting di berita dan di media, tidak ada seorangpun yang dapat dituduh terlibat dalam kasus ini. Ada beberapa teori seputar penjelasan potensial untuk kasus pembunuhan The Boy in the Box ini.

Teori pertama menyatakan bahwa anak laki-laki itu tewas saat berada di sebuah rumah asuh dekat dengan tempat kejadian; Namun, teori ini kemudian dikesampingkan oleh polisi ketika mereka telah mewawancarai anak-anak yang lari dari rumah.

Teori kedua menyatakan bahwa anak laki-laki itu dijual oleh orang tuanya ke sebuah rumah yang memperlakukannya dengan sangat kasar. Namun, teori ini mentah kembali karena orang yang dituduh berlaku kasar memiliki sejarah panjang penyakit mental, sehingga tidak akan pernah diizinkan mengadopsi seorang anak.

Sementara tidak ada kemajuan telah dibuat dalam usaha mengungkap identifikasi korban dan pelaku pembunuhan, penyelidikan terkini telah mengambil sampel DNA dari gigi anak itu dan sedang dicocokkan melalui database mitokondria DNA. Namun untuk kasus pembunuhan itu sendiri, hingga kini tetap menjadi misteri.

8. Georgette Bauerdorf

georgette bauerdorf murder case
Georgette Bauerdorf

Georgette Bauerdorf baru berusia 20 tahun pada saat terbunuh. Ia telah dikenal sebagai pewaris sebuah perusahaan minyak. Pada saat pembunuhan, Georgette tinggal di West Hollywood, California, sementara ayahnya, ibu tiri dan adiknya semuanya tinggal di New York City.

Georgette diketahui telah menghabiskan waktu bekerja sebagai pelayan junior di kantin Hollywood di mana dia sering terlihat berdansa dengan para tamtama. Menurut keterangan temannya, Georgette memiliki seorang pacar tukang reparasi yang tinggal di El Paso. Pihak berwenang kemudian menemukan dia adalah Jerome M. Brown dari Chicago, Illinois. Sehari sebelum dia dibunuh, Georgette diketahui membeli tiket pesawat untuk pergi ke El Paso.

Pada hari ia terbunuh, Georgette meninggalkan pekerjaan di kantin dan pulang ke rumah. Ia bertemu dengan sekretaris ayahnya untuk makan siang dan berbelanja. Sang Sekretaris, Mrs. Rose Gilbert, mengatakan bahwa Georgette tampak baik-baik saja dan bahkan sangat bersemangat selama pertemuan mereka.

Pada malamnya di hari yang sama, Georgette diyakini diserang oleh seorang pria yang telah menunggunya di rumah. Menurut polisi, si penyerang telah membuka tutup lampu luar apartemen Georgette, sidik jarinya kemudian ditemukan pada bola lampu.

Tubuh Georgette itu ditemukan tertelungkup di dalam bak mandi dan sementara perhiasan dan barang-barang berharga lainnya tidak diambil. Penyerangnya hanya mengambil uang dari tas Georgette. Namun anehnya, meskipun mengambil uang dari tas, gulungan uang lainnya sebesar $ 2 dan sejumlah potongan perak dalam tas yang sama tidak diambil.

Mobil adik Georgette juga hilang dari garasi dan kemudian ditemukan di Los Angeles dalam kondisi kehabisan bensin. Menurut petugas koroner, Georgette telah melakukan perlawanan terhadap penyerangnya dan mengalami cedera memar di sekujur tubuhnya.

Pada akhirnya, Georgette dicekik hingga tewas dan sepotong handuk dimasukkan ke tenggorokannya. Sejumlah prajurit ditanyai oleh pihak berwenang untuk mengungkap kasus pembunuhan Georgette, tapi tidak ada seorangpun yang ditetapkan bersalah. Kasus pembunuhan Georgette Bauerdorf tetap terbuka hingga kini.

9. The Grimes Sisters

the grimes sisters murder case
The Grimes Sisters

Barbara dan Patricia Grimes tinggal di Chicago, Illinois sampai hilangnya mereka pada tanggal 28 Desember 1956. Gadis-gadis berusia 15 dan 13 tahun itu meninggalkan rumah mereka untuk pergi menonton film "Love Me Tender" yang dibintangi Elvis Presley di bioskop lokal.

Gadis-gadis itu tiba di bioskop dan terlihat dalam antrean untuk membeli popcorn sekitar 9:30 malam. Film berakhir jam 11 malam dan setelah jam 02:15 malam gadis-gadis itu masih belum juga kembali ke rumah, ibu mereka menelepon polisi.

Maka dimulailah salah satu pencarian orang hilang terbesar dalam sejarah negara bagian Chicago. Publikasi pencarian itu begitu besar, sehingga Elvis Presley (yang diberitahu bahwa kedua gadis itu hilang saat menonton film "Love Me Tender"), mengeluarkan pernyataan pribadi yang meminta gadis-gadis itu kembali ke rumah.

Sayangnya, pada 22 Januari 1957, tubuh telanjang gadis-gadis itu ditemukan oleh seorang pekerja konstruksi bernama Leonard Prescott. Gadis-gadis itu ditemukan di sebelah German Church Road. Banyak spekulasi dibuat oleh polisi dan pemeriksa medis tentang waktu gadis-gadis meninggal itu dan apa yang telah membunuh mereka. Laboratorium kriminal Kepolisian Chicago menegaskan bagaimanapun, Barbara telah dicabuli sebelum dibunuh.

Beberapa tersangka diwawancarai dan berbagai laporan saksi mata dibuat dalam kasus ini, tapi tidak seorangpun yang dapat ditetapkan sebagai tersangka dan tidak ada laporan (kecuali penampakan gadis-gadis itu saat membeli popcorn) yang bisa dibuktikan.

10. The Hall-Mills Murders

the hall-mills murder case
Edward Wheeler Hall & Eleanor Mills

Pada tanggal 17 September, 1922 mayat Pendeta Edward Wheeler Hall (41) dan Eleanor Mills (34) ditemukan di kebun apel di New Brunswick, New Jersey. Mills telah ditembak tiga kali dan di samping itu tenggorokannya digorok. Hall ditembak sekali di kepala.

Tubuh kedua korban ditutupi dengan tebaran surat cinta yang secara eksplisit menunjukkan bahwa mereka telah menulis surat cinta satu sama lain dan kartu telepon diletakkan di kakinya. Pembunuhan ini seolah membuktikan hubungan terlarang antara dua kekasih.

Empat tahun setelah pembunuhan, seorang reporter menyelidiki kartu telepon yang diletakkan di kaki Hall dan menguji sidik jari yang tertera diatasnya. Hasilnya cocok dengan sidik jari saudara tiri Hall. Sebagai hasil dari temuan ini, istri Hall, Frances, kakaknya William, kakak lainnya Henry dan sepupu mereka Henry semua ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan Edward Wheeler Hall dan Eleanor Mills.

Sidang pengadilan berlangsung selama sebulan penuh dan setelah bemusyawarah dan berdebat selama enam jam, dewan juri membebaskan mereka semua dari tuduhan. Dengan dibebaskannya Frances dan saudara-saudaranya maka kasus pembunuhan ini kembali ke kegelapan.

Masalah pelik dari kasus pembunuhan yang tak terpecahkan

Terlepas dari saat kejahatan terjadi atau siapa yang menjadi korbannya, tidak ada istilah pembunuhan tanpa korban. Dengan setiap kejahatan tunggal yang melibatkan hilangnya nyawa, minimal ada beberapa kehidupan minimal yang tidak akan pernah sama lagi.

Kejahatan yang tercantum di atas hanya contoh kecil dari pembunuhan yang belum terpecahkan yang paling dikenal di dunia dan sayangnya jumlah kasus dalam daftar ini terus berkembang. Sementara metode Kepolisian dalam memecahkan kejahatan sudah pasti lebih maju sejak zaman Jack the Ripper, nyatanya mereka masih belum berhasil melaju cukup jauh untuk dapat melacak pembunuhan kontemporer seperti kasus pembunuh JonBenét Ramsey.

Ini adalah harapan dari banyak orang dimana suatu hari nanti kita berkomitmen untuk mewajibkan pengumpulan sampel DNA bagi tiap individu sehingga dapat dipergunakan untuk melacak pelaku setiap kejahatan keji melalunya. Namun pelanggaran yang mungkin dari hak asasi manusia membuat ide ini mungkin diperdebatkan.

Jadi apa yang dapat dilakukan untuk membantu mencari tahu siapa yang bersalah dari banyak kasus pembunuhan yang belum terpecahkan?. Sayangnya tidak ada yang lebih dari yang bisa dilakukan saat ini selain menjaga kasus ini tetap hidup. Sampai metode baru pengolahan bukti permukaan atau sampai bukti baru muncul untuk membantu menjaga masyarakat hidup lebih aman. Jauh dari rasa ketakutan akibat adanya orang-orang sakit jiwa dan memiliki sifat keji yang banyak berkeliaran diluar sana. (exploringlifesmysteries/list25/wiki/int/tvsx)

Maaf, hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link judi online atau iklan ilegal akan kami blokir/hapus.

Posting Komentar

0Komentar