Kasus Mutilasi Setia Budi 1981

mannequin parts body
Suatu pagi, tanggal 23 November 1981, dua orang penjaga malam PT. Garuda Mataram Motor menemukan dua buah dus yang menebarkan bau busuk tergeletak diatas trotoar jalan Sudirman, tak jauh dari persimpangan jalan Setiabudi - Jakarta Selatan.

Tapi tak ada yang berani memeriksa isinya, sementara polisi lalu lintas yang dilapori siangnya enggan meninggalkan tugas di persimpangan jalan yang memang selalu macet itu. Sampai kemudian, dua orang gelandangan mengais dus-dus tersebut.

Ternyata dus tersebut berisi 13 potong tulang dan sebuah kepala. Sementara dus lainnya berisi 180 potong-potongan kecil yang terdiri dari sayatan daging dan isi perut. Tidak ditemukan adanya dokumen-dokumen atau sejenisnya yang bisa digunakan mengenali mayat.

Sepertinya dus tersebut diletakkan begitu saja oleh si pelaku yang hingga kini tidak diketahui identitasnya. Polisi segera mengadakan penyelidikan serius atas peristiwa tersebut. Karena ini adalah kasus mutilasi mengerikan yang terjadi di Jakarta, masyarakat pun menjadi heboh.

Kasus ini kemudian terkenal dengan nama "Mutilasi Setiabudi 1981", dan diyakini merupakan kasus mutilasi pertama di Indonesia yang mencuat ke publik.

Untuk menjawab teka-teki tubuh manusia yang sudah berserak seperti potongan-potongan puzzle ini, maka polisi kemudian meminta bantuan dokter Ahli Forensik RSCM terkemuka, dr. Mun'im Idries. Pemeriksaan pun dilakukan, dr. Mun'im kemudian menyusun potongan-potongan tersebut menjadi jasad utuh. Namun, dia kehilangan bagian anus, kantung kencing, dan pankreas.

Melalui jasad itu, Mun'im juga berhasil mengungkap penyakit sang korban, fimosis. Yakni lubang saluran urine yang sangat sempit di ujung kemaluan yang tak bersunat.

Secara profil, mayat ini adalah seorang pria muda berusia antara 18 hingga 21 tahun dengan tinggi badan 165 cm, bertubuh tegap dan agak gemuk. Korban juga memiliki beberapa tahi lalat. Tanda-tanda forensik memberikan dugaan bahwa mutilasi berlangsung antara malam minggu, 21 November, hingga dini hari berikutnya.

"Si pembunuh tak hanya memotong-motong jasad korban secara sistematik, sempat pula menyayat dan mengupas seluruh daging dari tulang korbannya!," kata Mun'im dalam tayangan "MATA NAJWA" dengan tema "X-Files".

Untuk bisa melakukan kekejaman semacam itu bukanlah hal mudah. Kemungkinan besar pelakunya lebih dari 2 orang. "Mengerat tulang dan mengelupasi mayat bukan pekerjaan mudah."

Butuh waktu lebih dari 2 jam untuk sebuah tim forensik terlatih melakukan bedah mayat. Karenanya pelaku diduga menghabiskan sekitar 3-4 jam untuk melakukan hal ini.

Pembunuhan dengan cara memotong tubuh korban menjadi bagian-bagian terpisah merupakan pembunuhan yang kita kenal dengan istilah "mutilasi". Mutilasi sendiri adalah suatu cara yang diambil oleh pelaku dengan tujuan menghilangkan jejak pembunuhan, mengaburkan identitas korban, dan agar kejahatan yang dilakukannya tidak diketahui oleh orang lain.

Metode yang umum digunakan, yaitu melenyapkan tanda-tanda vital pada bagian kepala, kaki, atau tangan. Bagian-bagian kepala seperti hidung, bibir dilenyapkan untuk mencegah pengenalan visual pada korban, sementara kaki serta tangan dilenyapkan supaya pola sidik jari tidak terbaca. Ada pula banyak kasus dimana wajah korban dihancurkan secara sadis agar tak bisa dikenali lagi .

Kasus Mutilasi Setia Budi 1981
Berita Kasus Mutilasi Setia Budi 1981

Tapi untuk kasus mutilasi Setia Budi 1981, hal itu tidak dilakukan. Dan fakta inilah yang justru mulai membingungkan dr. Mun'im, karena anehnya, bagian-bagian vital yang disebutkan diatas masih utuh dan jelas tidak diapa-apakan.

Semakin ditelusuri, baik dr. Mun'im maupun kepolisian semakin dibuat bingung karena tak ada sedikit pun informasi mengenai korban muncul ke permukaan. Meski wajah serta sidik jarinya telah dipublikasikan, beritanya pun diekspose secara besar-besaran, kepolisian tidak pernah mendapat laporan mengenai orang yang kehilangan keluarga atau kerabatnya.

Tanpa adanya informasi tentang identitas korban, tentu sangat sulit bagi pihak penyidik melakukan penelusuran untuk mencari dan menangkap pelakunya. Penyelidikan seolah-olah berjalan di tempat.

Hingga hari ini, 37 tahun kemudian, misteri kasus mutilasi Setia Budi 1981 ini belum juga terpecahkan. Siapa korban?, siapa pelakunya?, tidak pernah diketahui. Bahkan pada tahun-tahun berikutnya kasus mutilasi Setia Budi 1981 ini seakan menjadi preseden bagi kasus-kasus mutilasi lainnya.

Contohnya pada tahun 1989, di Jalan Percetakan Negara VI Jakarta Pusat, seorang suami memutilasi istrinya karena tidak ingin ketahuan menikah lagi. Lalu disusul kasus mutilasi yang dilakukan Babe tahun 2010 terhadap anak-anak asuhnya sendiri. Kemudian di tahun 2012, Muryani, seorang ibu rumah tangga, tega membunuh dan memotong-motong suaminya bernama Karyadi karena telah menikah dengan wanita lain. Mirisnya, pelaku dalam melakukan kejahatannya umumnya mengaku terinspirasi oleh kasus mutilasi Setia Budi 1981!. (int/tvsx)

Mun'im Idris: Lahir di Pekalongan, Jawa tengah,Indonesia, 25 Mei 1947 – meninggal di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia, 27 September 2013 pada umur 66 tahun. Beliau adalah seorang ahli forensik terkemuka Indonesia. Beliau juga aktif menulis buku-buku seputar ilmu forensik. Buku terakhirnya berjudul "X-Files" diterbitkan bulan Juli 2013 (wiki).

Maaf, hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link judi online atau iklan ilegal akan kami blokir/hapus.

Posting Komentar

0Komentar