Artificial Intelligence, Teman atau Musuh ?

Artificial Intelligence, Teman atau Musuh ?
Apakah anda sering bercermin dan menghitung-hitung jumlah kerutan di wajah anda?. Apakah anda tengah menunggu datangnya suatu hari dimana teknologi komputer akan menyelamatkan anda dari penyakit, usia tua atau dan bahkan mungkin kematian?.

Di kalangan ilmuwan, jaman di masa depan ketika mesin cerdas telah melebihi kemampuan manusia dan mengambil alih kehidupan praktis disebut "singularitas." Pikiran, atau keinginan, untuk kehadiran satu teknologi untuk "menyelamatkan" kita dari penyakit, usia tua (dan bahkan kematian) sama sekali bukan ide gila, mengingat kemajuan teknologi mikroprosesor modern dan kompleksitas yang dicapai dalam teknologi robotika.

Namun pertanyaannya adalah bagaimana jika ternyata kemajuan berlanjut dalam teknologi kecerdasan buatan bukannya membantu, tetapi justru memusuhi manusia?.

Kemungkinan seperti itu dieksplorasi oleh filsuf Nick Bostrom dalam bukunya, "Superintelligence : Paths, Dangers, Strategies. Untuk menunjang hipotesanya, Bostrom mengemukakan teori tentang "memaksimalkan klip kertas". Sebuah mesin pembuat klip kertas diprogram menjadi lebih dan lebih cerdas, sampai ke titik di mana tidak hanya mampu menciptakan klip kertas jenis baru, tetapi juga mengembangkan kemampuan untuk memerintah diri sendiri, dan akhirnya memerintah dunia di mana semua penghuninya adalah klip kertas (tentunya setelah memusnahkan umat manusia dan semua makhluk hidup lain).

Skenario itu mungkin tidak realistis, tetapi menimbulkan pertanyaan tentang kemungkinan komputer yang dengan hati-hati dirancang hingga akhirnya mampu melewati keterbatasan mereka sendiri (superintelligence). Superintelligence ini mungkin bisa membuat gerakan tak terduga yang dapat saja mengubah dunia dalam berbagai cara, termasuk penghancuran setiap hal: hewan, tumbuhan, manusia, atau dunia itu sendiri.

Tentu saja banyak ilmuwan yang menganggap remeh hipotesa itu berpikir bahwa mereka yang memprediksi lepas kontrolnya mesin-mesin dengan kecerdasan buatan adalah orang-orang yang tidak memahami apa itu "kecerdasan buatan" yang sebenarnya.

Pertanyaan tentang komputer yang dapat berpikir telah ada selama sejarah komputer itu sendiri. Istilah "Artficial Intelligence/kecerdasan buatan" diciptakan oleh seorang programmer komputer bernama John McCarthy pada tahun 1955. Popularitas umum saintifik pada tahun 1960 dan 70-an, yang didukung oleh kemajuan dalam perjalanan ruang angkasa, membawa ide-ide utama tentang komputer yang akhirnya mulai belajar untuk berbicara dan mengerti. Orang juga mulai membuat film tentang AI, seperti HAL 9000 di "2001: A Space Odyssey".

2001 a space odyssey
2001 : A Space Odyssey Movies

Setelah diskusi yang kompleks, segera muncul dua jenis hipotesa tentang masa depan AI. Para ilmuwan seperti Ray Kurzweil meramalkan kehadiran komputer yang bisa memecahkan masalah dengan kemampuan berpikir sendiri, memodifikasi dan meningkatkan program secara swadaya, mampu belajar dan menjadi lebih efisien. Rangkaian perubahan atau evolusi akan membawa sekelompok komputer yang secara teoritis bisa memperbaiki dan mengatur segala sesuatu, termasuk kehidupan pada umumnya.

Ahli fisika teoritis ternama, Stephen Hawking, baru-baru ini memperingatkan bahwa orang-orang tidak akan mampu mengendalikan komputer yang kuat dan mampu berpikir sendiri, oleh karenanya harus waspada terhadap itu.

Sejauh yang diketahui, Superintelligence saat ini belum ada atau belum mampu dibuat. Yang paling dekat dengan syarat-syarat Superintellegence adalah "Artificial Neural Networks" seperti yang tertanam dalam aplikasi Apple Siri. Disisi lain Apple Siri menunjukkan bahwa tidak peduli seberapa besar kekuatan kemampuan berpikir komputer, esensi dari "berpikir" bagi komputer adalah sesuatu nyaris mustahil. Siri mungkin tahu seperti apa kata pizza terdengar, dan bahkan seperti apa pizza terlihat, tapi Siri tidak akan pernah tahu seperti apa rasanya sepotong pizza.

Rodney Brooks, pendiri perusahaan teknologi terapan AS, iRobot dan seorang profesor di Massachusetts Institute of Technology, mengemukakan bahwa kejahatan yang dilakukan oleh AI, jika mungkin, setidaknya baru akan terjadi beberapa ratus tahun yang akan datang di masa depan kita.

Nick Bostrom, berpendapat bahwa para peneliti dan pengembang, jika ingin terus melanjutkan proyek AI, harus melakukannya dengan sangat hati-hati. " Banyak perusahaan teknologi besar hari-hari ini berusaha membangun sebuah komputer yang cerdas, tapi apa yang benar-benar harus mereka kembangkan adalah sarana untuk mengendalikan penciptaan tersebut," kata Bostrom.

Bostrom bertanya-tanya apakah perusahaan-perusahaan tersebut menyadari bahwa nasib superintelligence masa depan, apakah akan menjadi baik atau jahat, yang berarti juga nasib dunia kehidupan manusia itu sendiri, adalah berada di tangan mereka?.

Bagaimana caranya kita merancang komputer yang patuh dan bermanfaat bagi kita, seperti anjing yang dapat dilatih untuk menjadi "teman terbaik manusia"?. Bagaimana caranya kita menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dan etika kepada komputer?. Ini adalah pertanyaan yang diajukan Bostrom terhadap semua peneliti dan pengembang AI.

"Meskipun peperangan antara manusia vs komputer/mesin mungkin hanya ada di film-film seperti serial "Terminator" atau "The Matrix", para ilmuwan dan perusahaan-perusahaan yang mensponsori rekayasa teknologi AI saat ini harus tetap mempertimbangkan dan menjaga bahaya yang mungkin timbul," kata Bostrom. (sharethe.buzz/tvsx)

terminator robot
Terminator

Maaf, hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link judi online atau iklan ilegal akan kami blokir/hapus.

Posting Komentar

0Komentar