Istana ini merupakan peninggalan Kesultanan Siak Sri Indrapura yang selesai dibangun pada tahun 1893. Kini istana yang dijuluki Istana Matahari Timur ini, masuk wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Siak.
Kompleks istana ini memiliki luas sekitar 32.000 meter persegi yang terdiri dari 4 istana yaitu Istana Siak, Istana Lima, Istana Padjang, dan Istana Baroe. Istana Siak sendiri memiliki luas 1.000 meter persegi. Arsitektur bangunan ini merupakan gabungan antara arsitektur Eropa, Arab dan Melayu.
Bangunannya terdiri dari dua lantai. Lantai bawah dibagi menjadi enam ruangan: ruang tunggu para tamu, ruang tamu kehormatan, ruang tamu laki-laki, ruang tamu untuk perempuan, satu ruangan di samping kanan adalah ruang sidang kerajaan, juga digunakan untuk ruang pesta. Pada lantai bawah ini terdapat ruangan berisikan koleksi koleksi Istana.
Dimulai dari gendang tua. Gendang tua ini, sudah berumur sekitar 200 tahun. Hanya di bunyikan pada saat pelantikan Sulltan. Sultan terakhir dari kerajaan ini adalah Sultan Syarif Kasim II yang di lantik menjadi penguasa Kerajaan Siak Sri Indrapura pada tahun 1914 saat berumur 21 tahun. Dan setelah Sultan Syarif Kasim II wafat pada umur 74 tahun, tidak ada lagi pengangkatan Sultan. Sehingga gendang ini tidak lagi di bunyikan.
Kemudian ada patung perunggu dari Ratu Wilhelmina, patung ini merupakan pemberian dari Kerajaan Belanda untuk Sultan, dibuat pada tahun 1886, patung ini di kirim langsung kepada Sultan oleh pemerintah Belanda. Koleksi selanjutnya adalah Patung Sultan dari Batu Pualam dan bermatakan berlian. Patung ini di buat pada tahun 1889. Patung pualam ini adalah patung dari Sultan Syarif Hasyhim I, raja yang nantinya di gantikan oleh Sultan Syarif Kasim II.
Patung ratu wihelmina dan Sultan Syarif Hasyim II |
Koleksi lainnya adalah sebuah alat musik klasik yang berasal dari Jerman. Alat musik ini di beri nama Komet. Hanya ada 2 di dunia alat musik ini. Pertama berada di negera asalnya Jerman dan satu lagi berada di Indonesia. Kabarnya, alat musik ini, dikirim langsung oleh Kaisar Jerman.
Untuk memainkan alat musik ini, terlebih dahulu memutar bagian dalam dari alat musik ini, lalu piringan baja berdiameter 50 cm akan memutar secara otomatis. Jika di analogikan komet ini adalah versi besar dari Gramafon. Koleksi piringan yang raja bawa adalah karya karya dari Bethoven dan Bach. Hal ini menunjukkan tingginya selera musik Sultan, sehingga pada tahun 1800 an sudah mengenal maestro-maestro musik Klasik.
Pemutar Musik Komet |
Istana Siak ini juga mengoleksi benda antik antar lain: keramik dari Cina, Eropa, kursi-kursi kristal yang dibuat tahun 1896, perkakas-perkakas rumah tangga seperti sendok, piring, gelas-cangkir berlambangkan Kerajaan Siak masih terdapat dalam Istana.
Lantai atas terbagi menjadi sembilan ruangan, berfungsi untuk istirahat Sultan serta para tamu istana. Di lantai atas ini terdapat terdapat kamar-kamar yang pada masanya dipergunakan sebagai tempat penyambutan para tamu Sultan serta sebagai kamar tidur Sultan.
Kamar-kamar ini sekarang sudah berubah fungsi sebagai tempat penyimpan koleksi Istana. Koleksi-koleksi tersebut berupa senjata pusaka yang dahulunya di gunakan oleh para bangsawan. Serta sebuah lukisan asli dari Napoleon. Yang di bawa dari Paris. Selain itu, terdapat juga maket yang menunjukkan kegiatan ekspolarasi minyak oleh Stanvac Oil yang berlangsung dari tahun 1930an.
Panorama Museum Istana Siak |
Selain Istana Siak, terdapat juga beberapa bangunan bersejarah lainnya yang terdapat di sekitar Istana.
Jembatan Siak
Jembatan Tengku Agung Sultanah latifah |
Jembatan Siak berada 100 meter disebelah tenggara komplek Istana Siak Sri Indra Pura. Jembatan tersebut berangka tahun 1899. Di bawah jembatan istna terdapat sungai kecil (parit), diduga dahulu sebagai menjadi parit pertahanan komplek istana. Pada tahun 2007, jembatan ini direnovasi dan berganti nama menjadi jembatan Tengku agung Sultanah Latifah.
Balai Kerapatan Tinggi
Balai Kerapatan Tinggi Siak |
Balai Kerapatan Tinggi Siak dibangun pada masa pemerintahan Sultan Assyaidisyarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin pada tahun 1889. Bangunan ini menghadap kearah sungai. Tangga masuk bangunan terbuat dari beton. Balai Kerapatan tinggi Siak dahulu berfungsi sebagai tempat pertemuan Sultan dengan Panglima-panglimanya.
Masjid Syahabuddin
Masjid Syahabuddin |
Masjid Syahabuddin merupakan masjid Kerajaan Siak, dibangun pada masa pemerintahan Sultan Kasim I. Masjid berdenah 21, 6 X 18, 5 m. Bangunan masjid telah berkali-kali mengalami perbaikan tetapi masih mempertahankan bentuk aslinya.
Makam Sultan Syarif Kasim II
Makam Sultan Syarif Kasim II |
Terletak dibelakang masjid Syahabuddin, dimakamkan Sultan Syarif Kasim II, Sultan terakhir yang mangkat pada 23 April 1968. Jirat makam sultan berbentuk 4 undak dari tegel dan marmer berukuran panjang 305 cm. Lebar 153 cm. Dan tinggi 110 m. Nisannya dari kayu berukir motif suluran –suluran. Bentuknya bulat silinder bersudut 8 dengan diameter 26 cm dan kelopak bunga teratai.
Untuk menuju Istana Siak ini dapat menggunakan jalur darat dari Pekanbaru lebih kurang 4 jam, atau bisa juga menggunakan jalur sungai selama 3 jam. Saatmasuk istana kita akan di suruh melepaskan alas kaki. Hal ini untuk menjaga agar lantai granit yang masih asli tidak rusak.
Demikian sekilas paparan tentang Istana kebanggaan masyarakat Riau ini. Saat ini Istana Siak Sri Indrapura pengelolaannya sudah di serahkan kepada pemerintah Kabupaten Siak dan dijadikan museum. Jika anda menyempatkan berkunjung ke Riau, belumlah afdol rasanya jika tidak berkunjung ke Istana Siak. (rpg/tvsx)
Maaf, hanya komentar relevan yang akan ditampilkan. Komentar sampah atau link judi online atau iklan ilegal akan kami blokir/hapus.
0Komentar